Donny Yen

Donny Yen

All About Martial Arts

Selasa, 18 Mei 2010

Tentang Maenpo Peupeuhan

Tentang Maenpo Peupeuhan

Maenpo adalah ilmu bela diri yang berasal dari daerah Jawa Barat.  Ilmu silat Maenpo ini diperkenalkan pertama kali pada pertengahan abad ke-19 oleh pendekar pencak silat yang bernama Mohammad Kosim (Mama Sabandar), Bang Kari, dan Bang Madi.

Sepeninggal Mama Kosim, ilmu Maenpo-nya diteruskan oleh tokoh-tokoh Maenpo, diantaranya adalah, Rd. H. Enoh, Rd. H. Emod, Rd. H. Abdullah, Bapak Da’i, Rd. Thoha, Bapak Acep Tarmedi, dan Abah Salim. Para pewaris ilmu ini umumnya masih sanak saudara, kerabat dekat, dan berlatar belakang santri serta masih keturunan bangsawan Cianjur. Mereka bergiliran menurunkan ilmunya secara turun-temurun.

Pada sekitar tahun 1940, Abah Salim mulai agak terbuka dan berani memperkenalkan beladiri ini kepada masyarakat luas. Situasi perang pada masa itu agaknya menjadi salah satu faktor kondusif munculnya para pendekar dari berbagai aliran silat. Abah Salim merasa tertantang untuk ikut serta memperkenalkan Maenpo Peupeuhan, yaitu bentuk Maenpo yang mengandalkan pukulan (peupeuhan).

Usahanya tersebut kemudian diteruskan oleh putera beliau, yaitu Bapak Adung Rais sekitar tahun 1970. Setelah merampungkan ilmu Maenpo yang ia pelajari semenjak usia 19 tahun, ia kemudian mengibarkan bendera perguruan yang ia namakan Babancong Siliwangi. Bapak Adung Rais menyumbangkan dua hal mendasar yang sangat penting, yaitu unsur kecepatan dan penyaluran tenaga melalui teknik pernafasan dalam setiap gerakan Maenpo Peupeuhan. Selain itu ia juga membuat terobosan dengan memadukan seni Pencak Maenpo Peupeuhan dengan kesenian tradisional Tembang Sunda Cianjuran yang lebih dikenal dengan nama Kecapi Suling.

Mengapa diberi nama Maenpo Peupeuhan “Adung Rais” ? karena saat itu (sekitar tahun 80-an) Maenpo Peupeuhan yang diajarkan oleh Pak Adung Rais (alm.) unik dan berbeda dengan Maenpo Peupeuhan lainnya yang ada. Dan saat itu, yang menyebut dan memberi nama Maenpo Peupeuhan Adung Rais bukan dari kalangan dalam perguruan, tetapi seorang tokoh Bandung yang sangat terkenal dalam membawa maenpo dari Cianjur ke Bandung, yaitu Gan Ema Bratakusumah.

Satu hal yang cukup banyak disalah pahami, banyak orang menyangka bahwa Maenpo Peupeuhan adalah Maenpo yang keras. Padahal dalam kenyataannya, pengaruh Madi dan Sabandar yang lembut sangat kental dipakai, jadi tidak hanya pengaruh Kari. Mungkin, yang menyebabkan orang-orang menyangka Maenpo Peupeuhan itu keras adalah akibat pemberian latihan Napel dan Ibing yang diberikan pada akhir pelajaran.

Saat ini, Bapak Mohammad Rafijen , putera ke tiga dari Bapak Adung Rais, yang menjadi penerus aliran Maenpo Peupeuhan. Beliau berusaha untuk meneruskan, mengembangkan, dan melestarikan Maenpo Peupeuhan dengan memperkenalkannya ke tingkat nasional dan internasional.

http://maenpopeupeuhan.wordpress.com/

Maenpo Peupeuhan Adung Rais

Maenpo Peupeuhan Adung Rais

NAPEL

Muhammad Rafijen

Pertarungan jarak dekat dan menempel lawan
akan terjadi dalam sebuah pertarungan yang
penuh dengan resiko tinggi. Dituntut untuk
menggunakan kekuatan rasa, dan penyaluran
tenaga yang tepat. Teknik yang harus dikuasai
dalam beladiri Maenpo Peupeuhan Adung Rais.

Di dalam pelajaran Maenpo Peupeuhan terdapat yang disebut "usik napel" atau

"ulin napel" (main tempel). Napel (tempel) adalah satu bentuk pertarungan

jarak dekat atau bisa disebut dengan menempel, karena pertarungan ini

dilakukan dengan cara menempelkan tangan pada lawan. Dalam pertarungan

dengan jarak dekat ini dituntut menggunakan kekuatan "rasa", sebab dalam

pertarungan ini kita mengadu kekuatan melalui penyaluran tenaga.

Pada ulin "napel" seorang ahli maenpo harus betul-betul waspada (caringcing),

karena usik napel pada dasarnya sangat beresiko kalau tidak bisa menguasai

dengan sempurna. Dalam permainan ulin napel, kebanyakan bertarung

menggunakan kekuatan kedua tangan dan tentunya kekuatan jemari, serta sikut,
cubitan, dan cakaran yang semuanya berpadu menjadi satu digunakan

untuk merubuhkan lawan. Selain itu dengkul dan pukulan digunakan sebagai

penyelesaian pertarungan. Pada napel yang harus dikuasai dengan penuh
yaitu cara mengatur penyaluran tenaga pada seluruh tubuh yang dipimpin

oleh rasa untuk bisa menjebak lawan. Prinsip leuleus jeung teuas (halus

dan keras) harus benar-benar dikuasai dan dilaksanakan dengan sempurna.

Melatih penyaluran tenaga ini tidak dapat dilakukan dengan singkat.

Untuk menguasai permainan napel seorang ahli Maenpo memerlukan

jam terbang yang sangat panjang karena permainan napel tidak dapat

dilakukan dengan asal-asalan. Usik Napel berada pada tingkatan tertinggi

dalam pelajaran Maenpo Peupeuhan. Jadi setelah Sahbandar, Kari, Madi

maka tingkat akhir adalah napel. Pada ulin napel bentuk pertarungan

tidaklah nampak indah bahkan kesannya sangat terselubung hampir tidak

kelihatan bentuknya, padahal di dalamnya mengandung resiko yang berbahaya.

Jika bertarung dengan cara napel unsur-unsur jebakan pada lawan, mencuri

langkah, mematahkan jemari lawan, mencakar, dan mencubit, semua ada

menjadi satu dilakukan dengan cepat. Usik napel banyak sekali menggunakan

tenaga lawan seperti ketika lawan menyerang dengan kekuatan yang sangat

keras, maka harus meladeni dengan cerdik menggunakan kekuatan halus

yang dibantu dengan kekuatan rasa serta mencuri langkah (nyokot tangtungan)

untuk mengadakan serangan balik secara tiba-tiba terhadap lawan.

Jadi pada intinya yang harus dipahami oleh setiap siswa Maenpo jika ingin

menguasai napel yang sempurna, pertama-tama yang harus dimiliki adalah

harus mengerti apa itu sesungguhnya Maenpo, karena itu adalah modal

dasar untuk menuju tingkatan yang paling akhir pada pelajaran Maenpo.

Gambar 1

Sikap awal dimulai dengan sikap pasang yang ditempelkan kepada lawan

dengan kekuatan tenaga pada pergelangan tangan, dimaksudkan untuk mengukur

kekuatan tenaga yang ada pada lawan.  Menempelkan tangan pada lawan

dilakukan dengan sedikit mendorong (nyurung) agar lawan merasa tidak leluasa

untuk melakukan serangan, dan ini dilakukan hanya sesaat, karena sesungguhnya

akan lebih cepat melakukan serangan pertama untuk melakukan serangan

kuncian sementara, sekedar mengejutkan lawan agar mengetahui reaksi lawan.

Pada sikap seperti ini hal yang harus diperhatikan adalah harus menjaga

keseimbangan pada kuda-kuda atau tangtungan, agar tidak mudah terdorong

oleh lawan. Tenaga di kaki harus benar-benar terjaga, pusatkan kekuatan

tenaga pada tangan di pergelangan, sedangkan tangan kiri tetap siap di

depan dada dengan waspada untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan.

 

Gambar 2

Setelah mengetahui atau mengukur kekuatan pada lawan, selanjutnya dengan

cepat namun halus memutarkan pergelangan tangan kanan dibantu dengan tangan

kiri mencuri sambil memegang tangan kanan lawan yang disusul dengan melakukan

sebuah teknik kuncian pada leher lawan sambil mendorongkan tangan kanan

lawan agar tangan lawan jadi menekuk karena dengan demikian lawan akan

sedikit terganggu keseimbangan-nya. Dorongan ini harus dilakukan dengan

cepat dan keras, setelah melakukan putaran halus namun cepat.

Sesungguhnya dengan cara kuncian seperti ini, sudah mempunyai

nilai untuk menang, karena kalau melihat gambar , kita akan leluasa

untuk bisa melakukan sebuah tendangan. Namun disinilah uniknya,

dalam permainan napel kita harus bersikap kastria jantan, sejauh mana

lawan bisa bermain menghadapinya. Hal yang harus diperhatikan yaitu

harus tetap mengatur keseimbangan pada saat melakukan sebuah kuncian,

karena sudah tahu bahwa lawan tidak akan tinggal diam untuk melakukan

serangan balik, dan pusatkan tenaga pada jari tangan ketika memegang leher lawan.

 

Gambar 3

Kemudian akan mengimbangi reaksi lawan, lawan membukakan kedua tangannya

yang bertujuan akan melakukan serangan balik dengan cepat. Untuk mengimbangi

reaksi lawan, harus lah mengikuti kekuatan tenaga lawan sesaat, karena kedua

tangan lawan berbobot dan bertenaga, maka dari itu harus mengimbangi dengan

leuleus jeung teuas(halus dan keras). Posisi badan agak direngkuhkan (diturunkan),

dan kedua kakipun menjadi setengah jongkok karena ini bisa dimanfaatkan

untuk menarik kedua tangan lawan jika perlu. Dan ini sesungguhnya sebuah

kecohan/tipuan terhadap lawan, dan ini dilakukan hanya sesaat dan jangan

terlalu lama, karena beresiko terhadap diri sendiri jika terlena.

Setelah dapat mengetahui dan mengukur tenaga lawan maka dengan cepat

melakukan serangan lanjutan.  

Gambar 4

Selanjutnya dengan cepat melakukan sebuah lipatan sambil mengunci tangan kiri lawan,

ketika lawan melakukan serangan pukulan dengan tangan kirinya, disini terjadi semacam

adu reaksi dengan lawan. Tangan kanan dengan kuat memegang serangan tangan lawan,

tetapi tangan kiri lebih cepat mendorong sambil mengunci dengan kuat, dibantu

perubahan kuda-kuda dengan cepat kaki kanan menyusur berubah arah menjadi

berat ke samping kanan untuk membuat lawan menjadi tidak seimbang posisi kuda-kudanya.

Yang harus diperhatikan adalah cengkraman harus meyakinkan dan kuat. Serta kaki kiri

dapat melakukan tendangan kalau diperlukan. Posisi badan harus sedikit menyerong

karena akan membantu daya dorong. Posisi tangan kanan memegang dengan kuat

dan sambil menarik tangan kiri lawan, kekuatan tenaga ada pada cengkraman. Posisi

tangan kiri mendorong dengan kuat dibantu badan, kekuatan tenaga ada pada telapak tangan.

 

Gambar 5

Menyusul dengan melakukan sebuah sikutan keras, sambil memutarkan badan serong

ke kiri, sekaligus mengubah posisi kuda-kuda menjadi serong menyamping ke kiri.

Hal ini untuk membantu membuat suatu sikutan agar menjadi kuat. Sikutan ini

mengambil dari unsur gerak "kari", digunakan untuk menghentikan serangan lawan.

Kekuatan tenaga ada pada ujung sikut. Di sini kecepatan gerak sangat berperan

dan menentukan, harus waspada, dan lebih baik untuk melanjutkan serangan

berikutnya dari pada kecolongan. Harus diperhatikan bahwa putaran sambil

menyikut seperti ini jangan sampai diketahui lawan, agar menghasilkan sebuah

gerak sikut yang maksimal, putaran dan berbobot.  

Gambar 6

Setelah melakukan gerakan menyikut, dilanjutkan dengan melancarkan tendangan dengan

menggunakan dengkul ke arah dada kiri lawan untuk menuntaskan pertarungan agar lawan

tidak dapat melanjutkan serangan balik.Posisi tangan kanan dengan cepat mencari

sesuatu yang terdekat dan dapat dipegang atau diangkat, misalnya memegang rambut,

baju lawan untuk dapat digunakan sebagai alat bantu dalam melakukan sebuah tandangan

dengkul yang maksimal.

Kekuatan tenaga ada pada dengkul serta cengkraman tangan kanan, sekaligus untuk

mematikan gerak langkah lawan.

http://duel.melsa.net.id/