Di dalam pelajaran Maenpo Peupeuhan terdapat yang disebut "usik napel" atau
"ulin napel" (main tempel). Napel (tempel) adalah satu bentuk pertarungan
jarak dekat atau bisa disebut dengan menempel, karena pertarungan ini
dilakukan dengan cara menempelkan tangan pada lawan. Dalam pertarungan
dengan jarak dekat ini dituntut menggunakan kekuatan "rasa", sebab dalam
pertarungan ini kita mengadu kekuatan melalui penyaluran tenaga.
Pada ulin "napel" seorang ahli maenpo harus betul-betul waspada (caringcing),
karena usik napel pada dasarnya sangat beresiko kalau tidak bisa menguasai
dengan sempurna. Dalam permainan ulin napel, kebanyakan bertarung
menggunakan kekuatan kedua tangan dan tentunya kekuatan jemari, serta sikut,
cubitan, dan cakaran yang semuanya berpadu menjadi satu digunakan
untuk merubuhkan lawan. Selain itu dengkul dan pukulan digunakan sebagai
penyelesaian pertarungan. Pada napel yang harus dikuasai dengan penuh
yaitu cara mengatur penyaluran tenaga pada seluruh tubuh yang dipimpin
oleh rasa untuk bisa menjebak lawan. Prinsip leuleus jeung teuas (halus
dan keras) harus benar-benar dikuasai dan dilaksanakan dengan sempurna.
Melatih penyaluran tenaga ini tidak dapat dilakukan dengan singkat.
Untuk menguasai permainan napel seorang ahli Maenpo memerlukan
jam terbang yang sangat panjang karena permainan napel tidak dapat
dilakukan dengan asal-asalan. Usik Napel berada pada tingkatan tertinggi
dalam pelajaran Maenpo Peupeuhan. Jadi setelah Sahbandar, Kari, Madi
maka tingkat akhir adalah napel. Pada ulin napel bentuk pertarungan
tidaklah nampak indah bahkan kesannya sangat terselubung hampir tidak
kelihatan bentuknya, padahal di dalamnya mengandung resiko yang berbahaya.
Jika bertarung dengan cara napel unsur-unsur jebakan pada lawan, mencuri
langkah, mematahkan jemari lawan, mencakar, dan mencubit, semua ada
menjadi satu dilakukan dengan cepat. Usik napel banyak sekali menggunakan
tenaga lawan seperti ketika lawan menyerang dengan kekuatan yang sangat
keras, maka harus meladeni dengan cerdik menggunakan kekuatan halus
yang dibantu dengan kekuatan rasa serta mencuri langkah (nyokot tangtungan)
untuk mengadakan serangan balik secara tiba-tiba terhadap lawan.
Jadi pada intinya yang harus dipahami oleh setiap siswa Maenpo jika ingin
menguasai napel yang sempurna, pertama-tama yang harus dimiliki adalah
harus mengerti apa itu sesungguhnya Maenpo, karena itu adalah modal
dasar untuk menuju tingkatan yang paling akhir pada pelajaran Maenpo.
Gambar 1
Sikap awal dimulai dengan sikap pasang yang ditempelkan kepada lawan
dengan kekuatan tenaga pada pergelangan tangan, dimaksudkan untuk mengukur
kekuatan tenaga yang ada pada lawan. Menempelkan tangan pada lawan
dilakukan dengan sedikit mendorong (nyurung) agar lawan merasa tidak leluasa
untuk melakukan serangan, dan ini dilakukan hanya sesaat, karena sesungguhnya
akan lebih cepat melakukan serangan pertama untuk melakukan serangan
kuncian sementara, sekedar mengejutkan lawan agar mengetahui reaksi lawan.
Pada sikap seperti ini hal yang harus diperhatikan adalah harus menjaga
keseimbangan pada kuda-kuda atau tangtungan, agar tidak mudah terdorong
oleh lawan. Tenaga di kaki harus benar-benar terjaga, pusatkan kekuatan
tenaga pada tangan di pergelangan, sedangkan tangan kiri tetap siap di
depan dada dengan waspada untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan.
Gambar 2
Setelah mengetahui atau mengukur kekuatan pada lawan, selanjutnya dengan
cepat namun halus memutarkan pergelangan tangan kanan dibantu dengan tangan
kiri mencuri sambil memegang tangan kanan lawan yang disusul dengan melakukan
sebuah teknik kuncian pada leher lawan sambil mendorongkan tangan kanan
lawan agar tangan lawan jadi menekuk karena dengan demikian lawan akan
sedikit terganggu keseimbangan-nya. Dorongan ini harus dilakukan dengan
cepat dan keras, setelah melakukan putaran halus namun cepat.
Sesungguhnya dengan cara kuncian seperti ini, sudah mempunyai
nilai untuk menang, karena kalau melihat gambar , kita akan leluasa
untuk bisa melakukan sebuah tendangan. Namun disinilah uniknya,
dalam permainan napel kita harus bersikap kastria jantan, sejauh mana
lawan bisa bermain menghadapinya. Hal yang harus diperhatikan yaitu
harus tetap mengatur keseimbangan pada saat melakukan sebuah kuncian,
karena sudah tahu bahwa lawan tidak akan tinggal diam untuk melakukan
serangan balik, dan pusatkan tenaga pada jari tangan ketika memegang leher lawan.
Gambar 3
Kemudian akan mengimbangi reaksi lawan, lawan membukakan kedua tangannya
yang bertujuan akan melakukan serangan balik dengan cepat. Untuk mengimbangi
reaksi lawan, harus lah mengikuti kekuatan tenaga lawan sesaat, karena kedua
tangan lawan berbobot dan bertenaga, maka dari itu harus mengimbangi dengan
leuleus jeung teuas(halus dan keras). Posisi badan agak direngkuhkan (diturunkan),
dan kedua kakipun menjadi setengah jongkok karena ini bisa dimanfaatkan
untuk menarik kedua tangan lawan jika perlu. Dan ini sesungguhnya sebuah
kecohan/tipuan terhadap lawan, dan ini dilakukan hanya sesaat dan jangan
terlalu lama, karena beresiko terhadap diri sendiri jika terlena.
Setelah dapat mengetahui dan mengukur tenaga lawan maka dengan cepat
melakukan serangan lanjutan.
Gambar 4
Selanjutnya dengan cepat melakukan sebuah lipatan sambil mengunci tangan kiri lawan,
ketika lawan melakukan serangan pukulan dengan tangan kirinya, disini terjadi semacam
adu reaksi dengan lawan. Tangan kanan dengan kuat memegang serangan tangan lawan,
tetapi tangan kiri lebih cepat mendorong sambil mengunci dengan kuat, dibantu
perubahan kuda-kuda dengan cepat kaki kanan menyusur berubah arah menjadi
berat ke samping kanan untuk membuat lawan menjadi tidak seimbang posisi kuda-kudanya.
Yang harus diperhatikan adalah cengkraman harus meyakinkan dan kuat. Serta kaki kiri
dapat melakukan tendangan kalau diperlukan. Posisi badan harus sedikit menyerong
karena akan membantu daya dorong. Posisi tangan kanan memegang dengan kuat
dan sambil menarik tangan kiri lawan, kekuatan tenaga ada pada cengkraman. Posisi
tangan kiri mendorong dengan kuat dibantu badan, kekuatan tenaga ada pada telapak tangan.
Gambar 5
Menyusul dengan melakukan sebuah sikutan keras, sambil memutarkan badan serong
ke kiri, sekaligus mengubah posisi kuda-kuda menjadi serong menyamping ke kiri.
Hal ini untuk membantu membuat suatu sikutan agar menjadi kuat. Sikutan ini
mengambil dari unsur gerak "kari", digunakan untuk menghentikan serangan lawan.
Kekuatan tenaga ada pada ujung sikut. Di sini kecepatan gerak sangat berperan
dan menentukan, harus waspada, dan lebih baik untuk melanjutkan serangan
berikutnya dari pada kecolongan. Harus diperhatikan bahwa putaran sambil
menyikut seperti ini jangan sampai diketahui lawan, agar menghasilkan sebuah
gerak sikut yang maksimal, putaran dan berbobot.
Gambar 6
Setelah melakukan gerakan menyikut, dilanjutkan dengan melancarkan tendangan dengan
menggunakan dengkul ke arah dada kiri lawan untuk menuntaskan pertarungan agar lawan
tidak dapat melanjutkan serangan balik.Posisi tangan kanan dengan cepat mencari
sesuatu yang terdekat dan dapat dipegang atau diangkat, misalnya memegang rambut,
baju lawan untuk dapat digunakan sebagai alat bantu dalam melakukan sebuah tandangan
dengkul yang maksimal.